KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah
menciptakan manusia dengan ciptaan yang paling sempurna dari makhluk Allah yang
lain, sehingga tuntutan manusia yang dilengkapi dengan akal adalah menuntut
ilmu Allah dan menyampaikan / tabligh kepada orang lain yang yang
telah diwajibkan dalam kalam-kalam-Nya baik yang tersirat maupun tersurat, yang
harus di tafsir maupun yang yang sudah jelas.
Shalawat dan salam kepada Proklamator Islam, seorang
penggiring ulung masyarakat jahiliyah menuju alam berpengetahuan dan
religius, dialah tokoh nomor satu di dunia yaitu Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini,
"Analisis Tentang Hakekat
Dasar Pendidikan Islam Dan Tujuannya"
Alhamdulillah telah bisa disusun dengan mengumpulkan
berbagai macam referensi baik dari media cetak maupun online/internet, yang
dengan harapan akan menjadi tambahan bahan bacaan khususnya pada kalangan
mahasiswa, kritik dan saran yang merupakan dua cara kuno namun masih sangat
ampuh untuk membenahi makalah ini menjadi lebih baik.
Penyusun
Depok, April
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya
adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para
intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua
bagian yaitu : Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan
keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan
dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup
dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub
bidang muamalah.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam
yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai
bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam
Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang
berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat
dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak
dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan
konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis
sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw.,
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.
B. Rumuan Masalah
1. Apa hakikat pendidikan Islam?
2. Apa
tujuan pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja
guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan
tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa
depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan
orang-orang berkualitas.[1]
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain
pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[2]
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada termal-tarbuyah,
al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah
tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan
term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali
digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal
pertumbuhan pendidikan Islam.[3]
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki
kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik
secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan
analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa
argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.
1. Tarbiyah
Penggunaan istilah berakar dari
tiga kata,[4]
yaitu (1) raba yarbu(ربآ يربؤ) artinya bertambah dan tumbuh. (2) kata rabiya
yarba (ربي،
يربئ) artinya tumbuh dan
berkembang, (3) kata, rabba yarubbu (رب،يرب)yang berarti
memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga,dan memelihara.
Kata rabb. Sebagimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Fatihah
ayat 2 Yang mempunyai kandungan makna berkonotasi dengan istilah al-tarbiyah.
Sebab kata rabb (tuhan) dan murabbi (pendidik)
berasal dari kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah pendidik
yang maha agung bagi seluruh alam semesta.
Uraian di atas secara filosofi mengisyaratkan bahwa peroses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang di berikan Allah sebagai
“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas,
pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam terma al-tarbiyah terdiri
dari empat unsur pendekatan, yaitu (1) memelihara dan menjaga fitrah peserta
didik menjelang dewasa (baligh), (2) mengembangkan seluruh potensi
menuju kesempurnaan, (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan, (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.[5]
Penggunaan terma al-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan islam dapat
difahami dengan menunjuk firman Allah, (lihat dalam Q.S. Al-Isra aya. 24).
2. Ta’lim
Istilah lain yang juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan pendidikan
Islam adalah kata taklim.[6] Dalam
sejarah pendidikan islam, terma al-mu’allim telah digunakan
untuk istilah pendidik. Menurut konsep paedagogik islam. Kata taklim lebih luas
jangkaunnya dan lebih umum daripada kata tarbiyahhal ini dapat
dilihat bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menjadi mu’allim (guru).
Seperti ayat berikut ini sebagai penekanan pentingnya taklim bagi seluruh ummat
manusia, (lihat Q.S. al Baqrah ayat. 151)
Menurut jalal, peroses taklim lebih umum dengan peroses tarbiyah karena:
Pertama, ketika mengajarkan
al-Quran kepada kaum muslimin Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka
sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan
pemahaman, pengertian tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi
membersihkan diri (tazkiyah)dari segala kotoran. Menjadikan dirinya
dalam kondisi siap menerima hikma, dan mempelajari segala sesuatu
yang belum diketahuinya serta barguna bagi dirinya.Hikma tidak dapat dipelajari
secara parsial atau secara sederhana, melainkan mencakup keseluruhan ilmu
secara negatif. Karena kata al-hikmah itu barakar dari
kata al-ihkam, yang berarti kesungguhan di dalam memperoleh
ilmu, amal, perkataan dan/atau di dalam semua itu. Sedangkan tarbiyah merupakan
peroses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau
pada fase bayi dan kanak-kanak. Untuk itu penggunaan kata tarbiyah pada. (lihat
Q.S. Al-Isra ayat 24).
Kedua, kata taklim tidak
berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang
lahir dari takdik semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari
dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta, (lihat Q.S. Al-Baqarah
ayat 78)
Ketiga, kata taklim
mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang di butuhkan seseorang
dalam hisupnya serta pedoman perilaku yang baik. Hal tersebut (lihat Q.S. Yunus
ayat. 5).
3. Ta’dib
Menurut Naqulb Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan
pendidikan islam adalah al-ta’dib konsep ini didasarkan pada
hadits Nabi Muhammad SAW,
اد بني رﰉ فا
حسن تآديى (روه العسكري عن على)
Artinya: “Tuhan telah mendidikku, maka ia
sempurnakan pendidikanku (H.R. al-Askary dari Ali r.a)
Secara terminologi istilah al-takdib berarti
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur yang ditemukan dalam diri
manusia (peserta didik) tentang pelbagai tempat yang tepat dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini. Pendidikan
akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat tuhan
yang dalam tatanan wujud keperibadian.[7]
Dari definisi tiga term Tarbiyah, Taklim dan takdib dapat diambil sebuah
analisis, jika di tinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara
satu dengan yang lainnya, tetapi juga terdapat keterkaitan antara satu dengan
yang lainnya.
Dalam term Tarbiyah, titik fokusnya pada pada bimbingan anak
supaya mengembangan potensi dan tumbuh serta dapat berkembang secara sempurna.
Yaitu suatu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan penanaman akhlak yakni
pengamalan ilmu yang benar dalam mendidik dirnya sendiri.
Adapun kata taklim, titik tekannya adalah pada penyampaian
ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian tanggung jawab, dan
penanaman amanh kepada peserta didik. Oleh karena itu, taklim disini mencakup
aspek-aspek pengetahuan keterampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya
dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan kata takdib, titik tekannya adalah pada pasangan ilmu
yang benar dalam diri sesorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah
laku yang baik. Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan
pengasuhan yang baik (tarbiyah).
B. Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun
justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima
oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Secara
Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau
tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah
sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.[8]
Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[9]
Secara
Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat
mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan
atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan
prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan
Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan
Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan
Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan
tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai
budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[10]
Secara
Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq
ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri
ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.[11]
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan
pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi
mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu
mencapai keberhasilan.[12] Pendidikan
Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan
berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis.[13] Sedangkan
Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari
pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[14]
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu
cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di
dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu
sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama
semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan
semakin maju.[15]
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan
kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui
latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra,
karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah
peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan
bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim
terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara
pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik
setelahmengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup.
Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy- Syaebani tujuan pendidikan
islam memiliki empat ciri pokok :
1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup
segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek perkambangan
dalam masyrakat.
3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak
adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya
4. Sifat realistis dan dapat
dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan
pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan
perseorangan diantara individu, masyarakat dankebudayaan di
mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembanng bila diperlukan
Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam
pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara
optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang
diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang
dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan
Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan
duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan
antara kedua bidang itu.[16]
Menurut H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita)
yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan
yang berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed
menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan
manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
1. Menanamkan sikap hubungan yang harmonis,
selaras, dan seimbang dengan Tuhannya.
2. Membentuk sikap hubungan yang harmonis,
selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.
3. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali,
mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan
kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya
kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis.
Tujuan pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr. Zakiyah Daradjat
ada empat macam, yaitu:
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi
seluruh aspek kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan
dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi
dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa
kepada Allah swt harus dapat tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah
terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah.
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang
berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun,
bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan,
dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu
berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya
dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek
rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke
dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan
akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya :
”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102).
Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah
inilah merupakan tujuan akhir dari pendidikan Islam.
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan
formal. Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah
kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri
pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan
yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam
tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan
dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat
penghayatan dan kepribadian.
Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1. Tujuan teoritis yang bersasaran pada
pemberian kemampuan teoritis kepada anak didik.
2. Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada
pemberian kemampuan praktis kepada anak didik.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan bahwa tujuan pendidikan Islam
terdiri atats 5 sasaran, yaitu:[17]
1. Membentuk
akhlak mulia
2. Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan
memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan
semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan
tenaga profesional yang terampil.
Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di dalam garis yang
sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar
mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat
Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan
berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak
diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan
tepat.
Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera
baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka Pendidikan Islam
bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insindetal atau
aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai
yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal
(melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan meletakkan cita-cita
yang mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan sarana atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang
muslim secara universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus
sama bagi semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.[18]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk
menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan.
1. Terma
tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya.
2. Terma
tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia
3. Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam
situasi lokal tertentu dari pada terma taklim dan takdib.
Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1. Membentuk
akhlak mulia
2. Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan
untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan
peserta didik
5. Mempersiapkan tenaga profesional yang
terampil
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam (Edisi Baru), Jakarta: GAYA MEDIA PRATAMA, 2005
Hamdani
Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
Mangun Budiyanto, Ilmu
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Maragustam, Mencetak
Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan Islam), Yogyakarta:
Nuha Litera, 2010.
Muzayyin Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
Samsul nizar, Filsafat
Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta:
CIPUTAT PERS, 2002.
[1] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.20 WIB
[2] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.20 WIB
[3] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam
Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,(Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002). hlm. 25
[4] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999,
Hlm., 4
[5] Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu, reformasi
pendidikan di era gelobal, Yogyakarta
: Magnum Pustaka, 2010, Hlm., 2-3
[6] Maragustam
Siregar, Fisafat Pendidikan
Islam, Yogyakarta : 2010, Hlm., 30-32
[7] Mukordi, Pendidikan Islam Terpadu........
Hlm., 4
[8] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
[9] Hamdani Ihsan
dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung:
CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
[10] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB
[11] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB
[12] Mangun Budiyanto, Ilmu
Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Griya Santri, 2010), hlm. 27
[13] Muzayyin Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm.
110.
[14] Mangun
Budiyanto, Ilmu..., hlm. 28
[15] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB
[16] Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111.
[17] Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 37
[18] Ibid., hlm. 111