"kumpulan makalah." "makalah filsafat pendidikan" "Filsafat Pendidikan Islam" "Filsafat Pendidikan" "makalah Filsafat Pendidikan Islam"

Read More

Slide 1 Title Here

Slide 1 Description Here
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Jumat, 27 Mei 2016

Analisis Tentang Hakekat Dasar Pendidikan Islam Dan Tujuannya

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah menciptakan manusia dengan ciptaan yang paling sempurna dari makhluk Allah yang lain, sehingga tuntutan manusia yang dilengkapi dengan akal adalah menuntut ilmu Allah dan menyampaikan / tabligh kepada orang lain  yang yang telah diwajibkan dalam kalam-kalam-Nya baik yang tersirat maupun tersurat, yang harus di tafsir maupun yang yang sudah jelas.

Shalawat dan salam kepada Proklamator Islam, seorang penggiring ulung masyarakat jahiliyah  menuju alam berpengetahuan dan religius, dialah tokoh nomor satu di dunia yaitu Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini,
"Analisis Tentang Hakekat Dasar Pendidikan Islam Dan Tujuannya"
Alhamdulillah telah bisa disusun dengan mengumpulkan berbagai macam referensi baik dari media cetak maupun online/internet, yang dengan harapan akan menjadi tambahan bahan bacaan khususnya pada kalangan mahasiswa, kritik dan saran yang merupakan dua cara kuno namun masih sangat ampuh untuk membenahi makalah ini menjadi lebih baik.





Penyusun
Depok,   April 2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu : Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan  Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.
B.     Rumuan Masalah
1.    Apa hakikat pendidikan Islam?
2.   Apa tujuan pendidikan Islam?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.[1]
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[2]
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada termal-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.[3]
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

1.       Tarbiyah
Penggunaan istilah berakar dari tiga kata,[4] yaitu (1) raba yarbu(ربآ يربؤ) artinya bertambah dan tumbuh. (2) kata rabiya yarba (ربي، يربئ) artinya tumbuh dan berkembang, (3) kata, rabba yarubbu (رب،يرب)yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga,dan memelihara.
Kata rabb. Sebagimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Fatihah ayat 2 Yang mempunyai kandungan makna berkonotasi dengan istilah al-tarbiyah. Sebab kata rabb (tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah pendidik yang maha agung bagi seluruh alam semesta.
Uraian di atas secara filosofi mengisyaratkan  bahwa peroses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang di berikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam terma al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan, yaitu (1) memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang dewasa (baligh), (2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan, (4)  melaksanakan pendidikan secara bertahap.[5]
Penggunaan terma al-tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan islam dapat difahami dengan menunjuk firman Allah, (lihat dalam Q.S. Al-Isra aya. 24).
2.       Ta’lim 
Istilah lain yang juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan pendidikan Islam adalah kata taklim.[6] Dalam sejarah pendidikan islam, terma al-mu’allim telah digunakan untuk istilah pendidik. Menurut konsep paedagogik islam. Kata taklim lebih luas jangkaunnya dan lebih umum daripada kata tarbiyahhal ini dapat dilihat bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menjadi mu’allim (guru). Seperti ayat berikut ini sebagai penekanan pentingnya taklim bagi seluruh ummat manusia, (lihat Q.S. al Baqrah ayat. 151)
Menurut jalal, peroses taklim lebih umum dengan peroses tarbiyah karena:
Pertama, ketika mengajarkan al-Quran kepada kaum muslimin Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi membersihkan diri (tazkiyah)dari segala kotoran. Menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikma,  dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya serta barguna bagi dirinya.Hikma tidak dapat dipelajari secara parsial atau secara sederhana, melainkan mencakup keseluruhan ilmu secara negatif. Karena kata al-hikmah  itu barakar dari kata al-ihkam, yang berarti kesungguhan di dalam memperoleh ilmu, amal, perkataan dan/atau di dalam semua itu. Sedangkan tarbiyah merupakan peroses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau pada fase bayi dan kanak-kanak. Untuk itu penggunaan kata tarbiyah pada. (lihat Q.S. Al-Isra ayat 24).
Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari takdik semata-mata,  ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta, (lihat Q.S. Al-Baqarah ayat 78)
Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang di butuhkan seseorang dalam hisupnya serta pedoman perilaku yang baik. Hal tersebut (lihat Q.S. Yunus ayat. 5).
3.       Ta’dib 
Menurut Naqulb Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan islam adalah al-ta’dib konsep ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW,
اد بني رﰉ فا حسن تآديى  (روه العسكري عن على)
Artinya: “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan  pendidikanku (H.R. al-Askary dari Ali r.a)
Secara terminologi  istilah al-takdib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur yang ditemukan dalam diri manusia  (peserta didik) tentang pelbagai tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini. Pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat tuhan yang dalam tatanan wujud keperibadian.[7]
Dari definisi tiga term Tarbiyah, Taklim dan takdib dapat diambil sebuah analisis, jika di tinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi juga terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Dalam term Tarbiyah, titik fokusnya pada pada bimbingan anak supaya mengembangan potensi dan tumbuh serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu suatu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan penanaman akhlak yakni pengamalan ilmu yang benar dalam mendidik dirnya sendiri.
Adapun kata taklim, titik tekannya adalah pada penyampaian ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian tanggung jawab, dan penanaman amanh kepada peserta didik. Oleh karena itu, taklim disini mencakup aspek-aspek pengetahuan keterampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan kata takdib, titik tekannya adalah pada pasangan ilmu yang benar dalam diri sesorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik. Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah).

B.     Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.[8]  Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[9]
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[10]
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.[11]
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan.[12] Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis.[13] Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[14]
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.[15]
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup. Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy- Syaebani tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok :
1.      Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2.      Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat.
3.      Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya
4.      Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan  perseorangan  diantara  individu, masyarakat dankebudayaan di mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembanng bila diperlukan
Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu.[16]
Menurut H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
1.  Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan Tuhannya.
2.  Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.
3.  Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis.

Tujuan pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr. Zakiyah Daradjat ada empat macam, yaitu:
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa kepada Allah swt harus dapat tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah.
2.      Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam.
3.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
4.      Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.

Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1.       Tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teoritis kepada anak didik.
2.       Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan praktis kepada anak didik.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:[17]
1.      Membentuk akhlak mulia
2.      Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3.       Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4.      Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5.      Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.
Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di dalam garis yang sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.
Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insindetal atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal (melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.[18]















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan.
1.     Terma tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya.
2.     Terma tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia
3.       Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu dari pada terma taklim dan takdib.
Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1.     Membentuk akhlak mulia
2.     Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
3.     Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4.     Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5.     Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil

















DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), Jakarta: GAYA MEDIA PRATAMA, 2005
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002.







[1]    https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.20 WIB
[2]    https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.20 WIB
[3]    Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,(Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002). hlm. 25
[4]    Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999, Hlm., 4
[5]    Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu, reformasi pendidikan di era gelobal, Yogyakarta : Magnum Pustaka, 2010, Hlm., 2-3
[6]    Maragustam Siregar, Fisafat Pendidikan Islam, Yogyakarta : 2010, Hlm., 30-32
[7]    Mukordi, Pendidikan Islam Terpadu........ Hlm., 4
[8]    Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
[9]    Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
[10] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB
[11] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB
[12] Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27
[13] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 110.
[14] Mangun Budiyanto, Ilmu..., hlm. 28
[15] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 25 April 2016, pukul 13.37 WIB

[16] Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111.
[17] Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 37
[18] Ibid., hlm. 111
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Filsafat Pendidikan Islam | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com